"Untuk menyelamatkan Cameron dari sidrom penyakit Rassmussen, setengah dari otak bocah ini dikeluarkan dari tempurung tengkoraknya. Mukjizat datang. Seusai operasi, Cameron langsung bangun dan sadar," ucap Shelly Mott, ibunya. Tidak hanya ibunya, bahkan tim dokter bedah pun juga terkejut. Tim dokter bedah otak tidak menyangka Cameron bisa secara ajaib sembuh dari pembedahan radikal tersebut. Cameron menderita penyakit sindrom Rassmussen, penyakit gangguan otak yang diderita sejak dia berusia tiga tahun. "Menurut dokter ahli otak, penyakit Cameron ini menyerang sisi kanan otaknya," kata ibunya. Setiap kali bangun pagi, penyakit ini kambuh. Cameron akan mengalami kejang-kejang, ayan, dan itu terjadi hingga beberapa menit. Dokter ahli mengatakan bahwa penyakit Cameron bisa disembuhkan apabila setengah dari otaknya di sisi kanan dibuang. Namun, ini adalah solusi ekstrem. "Benar-benar berita yang sangat menakutkan. Anda tidak akan bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada anak Anda setelah setengah otaknya dibuang? Saya benar-benar pasrah, apabila operasi tersebut merupakan jalan keluarnya," kata Shelly Mott kepada Ann Curry dari NBC's Today Show. Awalnya, pasangan yang tinggal di Jamestown, North Carolina, ini masih tidak percaya, Cameron, anaknya, berhasil menjalani operasi otak. "Saya tidak menyangka. Cameron masih terlihat seperti anak yang belum dioperasi. Awalnya, dengan hilangnya sisi otak kanan, Cameron akan menderita lumpuh badan bagian kiri. Namun, itu tidak terjadi," katanya. Kini, Cameron memulai hidup barunya, meski hidup dengan otak setengah. Namun, ternyata hal itu tidak mengganggu gadis cilik ini. Cameron harus menyelesaikan program fisioterapinya agar perlahan-lahan bisa kembali menjadi anak yang normal. Kini setelah dua bulan menjalani fisioterapi, Cameron sudah bisa berlari dan bermain meskipun masih sedikit pincang. Cameron juga sudah mulai aktif kembali di sekolah, hanya penglihatan gadis ini sedikit hilang pada sisi tepi. "Ini merupakan sebuah risiko besar. Anda tahu bahwa mengambil sisi kanan otak— yang mengontrol sisi kiri tubuh—berarti dia akan lumpuh ketika terbangun setelah operasi," kata dokter. Namun, pada kasus yang berbeda, otak anak-anak juga mampu beradaptasi dan mengambil alih pekerjaan otak lain, saat sebagian dari otak tersebut hilang. Cameron mampu berjalan keluar dari rumah sakit empat minggu pascaoperasi. Saat ditanya, bagaimana rasanya setelah operasi pengambilan setengah otaknya, Cameron mengatakan tidak ada perbedaan. "Saya tidak merasakan perbedaan setelah dioperasi. Saya tidak sakit lagi, dan saya ingin menjadi seorang balerina ketika besar nanti," kata Cameron. Cameron has recently finished her physiotherapy and can now run and play, with a slight limp The young girl now wants to be a ballerina |
sumber |
0 comments:
Posting Komentar