Akhir-akhir ini banyak sekali saos yang beredar. Mulai dari yang benar-benar higienis dan
saos yang memiliki berbagai macam campuran zat-zat kimia berbahaya. Dan banyak orang
menganggap bahwa saos yang beredar di pasar-pasar mungkin bisa saja dicampuri zat-zat
kimia yang berbahaya. Dalam hal ini saos yang dimaksud adalah saos-saos yang tidak
bermerk dan kadang-kadang harganya bisa sangat “miring”.
Saos-saos tersebut bisa saja mengandung zat aditif seperti bahan pengawet, pewarna,
penguat rasa (mono sodium glutamat) dan lain sebagainya . Dan alasan itulah yang memicu
hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti misalnya dari bahan mono sodium glutamat yang
merupakan zat yang sulit dicerna oleh alat cerna manusia, otomatis unsur nutrisi yang lain
pencernaannya juga akan terhambat, jika tubuh sudah sulit untuk mendapat asupan gizi
maka jangan heran jika perkembangan otaknya juga lambat. Serta bahan pengawet yang
dikonsumsi terus-menerus oleh tubuh bisa mengakibatkan kankerr hati. Hal ini karena bahan
pengawet yang bersifat racun bagi tubuh. Dan hati yang tugasnya menetralkan racun di
dalam tubuh tidak akan bisa bekerja secara maksimal apabila racun dari saos tersebut
terlalu banyak dan terus-menerus.
Selain itu faktor lain adalah ketika saos tersebut dipasarkan bisa saja terjadi perubahan
terhadap saos tersebut, bisa karena penyimpanan yang tidak benar, suhu penyimpanan
yang salah, ataupun saos tersebut sudah kadaluarsa. Banyaknya saos-saos yang
mengandung zat-zat berbahaya beredar di masyarakat karena semakin banyanknya home
industri yang bermunculan yang tidak memakai aturan yang benar untuk membuat saos,
yang pada akhir-akhir ini banyak kita ketahui investigasi saos yang tidak berlabel ataupun
labelnya hanya menggunakan sablon biasa terbuat dari bahan pepaya yang hampir busuk
bukan tomat segar yang kemudian dicampur dengan bahan pengawet mayat yaitu formalin
sehingga awet dan rasanya yang cenderung gurih dari penyedap kain batik yang sangat
tidak aman untuk tubuh dan kalau membuat saos sambal dari sisa cabe yang sudah tidak
segar terkadang tercampur ulet atau belatung!!.
Pemerintah dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan
peraturan tentang batasan dalam pembuatan saos itu sendiri serta melakukan beberapa kali
razia terhadap saos yang mengandung zat-zat berbahaya, seperti pewarna, pengawet, dan
msg. BPOM juga mengeluarkan peraturan dalam Pasal 26 Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 722/Menkes/PER/IX/88.
Pasal itu menyebutkan kandungan natrium benzoat yang
diperbolehkan dalam suatu produk, adalah maksimal 600mg/kg
untuk produk kecap, sementara untuk aneka saos maksimal 1.000 mg/kg.
Beberapa produsen saos cabai ada yang melakukan fortifikasi yaitu penambahan zat-zat
gizi tertentu biasanya berupa vitamin dan mineral. Hal tersebut dapat dilihat pada label
kemasannya. Dengan karakteristiknya yang kental dan berwarna, saos cabai, cukup
menguntungkan untuk difortifikasi dengan beberapa zat gizi. Ke dalam saos cabai dapat
ditambahkan zat gizi mikro yang sangat penting bagi kesehatan seperti mineral iodium
(untuk mencegah gondok, kertinisme dan gangguan kecerdasan), zat besi (mencegah
anemia gizi), dan vitamin A (mencegah gangguan proses penglihatan dan kebutaan). Ketiga
zat gizi mikro tersebut sangat perlu ditambahkan mengingat masih banyaknya masalah gizi
kurang akibat kekurangan zat-zat tersebut. Fortifikasi zat gizi ke dalam berbagai produk
pangan hasil industri sangat berarti bagi pengentasan berbagai masalah yang menyangkut gizi.
Masyarakat seharusnya tidak perlu resah. Saos yang aman dari zat-zat berbahaya juga
ada. Seperti saos dari AB* dan Ind*food. Hal tersebut sudah terjamin karena kedua merk
tersebut telah didaftarkan dan diawsai oleh BPOM. Tetapi kebanyakan mengkonsumsi saos
juga tidak baik karena tidak baik untuk usus dan lambung.(edited)
|
0 comments:
Posting Komentar