Edan. Sekelompok kepala juru masak Islandia ini menawarkan kepada pelanggan pengalaman gastronomi menarik.
Pengalaman makan makanan yang dimasak di atas lahar panas dan disajikan di dekat gunung berapi yang sedang meletus, demikian dikatakan seorang kepala juru masak, Kamis (1/4/2010).
"Filosofi saya ialah jika seseorang mengatakan bahwa sesuatu tak mungkin, saya merasakan desakan untuk mencobanya," kata Fridgeir Eiriksson.
Ketika Eiriksson mendengar mengenai letusan di gunung berapi Fimmvorduhals di bagian tengah gletser Eyjafjallajokull di Islandia selatan pada 21 Maret, ia mulai merencanakan untuk memasak makan malam nikmat di gunung berapi tersebut.
Pada Rabu, Eiriksson dan tiga rekannya di restoran di hotel mewah Reykjavik mengirim begitu banyak champagne hingga ke kaki gunung tersebut dengan menggunakan dua truk.
Mereka lalu mendirikan tempat makan malam di sebuah ladang lahar panas dengan hamparan karpet merah, meja kecil dan dua kursi berbantalan untuk dua pelanggan restoran, yang diterbangkan helikopter.
"Kami tak tahu yang akan kami hadapi nanti, ketika kami mendekati gunung berapi itu. Jadi kami membawa topeng las dan sarung tangan karena kami ingin memasak makanan di lahar itu sendiri," kata Eiriksson.
"Kami tak menggunakan alat apa pun karena kami tak pernah mendekati lahar yang bergolak, tapi temperatur panas di sekeliling ladang lahar tersebut saya rasa cukup untuk membuat masakan menjadi matang," katanya.
Dengan berhembusnya angin dingin, temperatur di gunung tersebut telah merosot dalam beberapa hari belakangan sampai 30 derajat Celsius, dan meskipun lahar baru berpijar di sekitar mereka, orang yang makan malam tetap menikmati santapan mereka.
Yang ada di dalam menu ialah sop lobster, lobster bakar dengan bawang putih dan bawah merah yang dibakar di lahar dan diberikan champagne Veuve Clicquot.
Kepala juru masak itu tidak memiliki rencana lain untuk memasak di gunung berapi, tapi Eiriksson mengatakan seorang produsen televisi Hollywood telah menelepon untuk menanyakan apakah mereka mau tampil secara berulang.
|
0 comments:
Posting Komentar