Sebagian masyarakat mengenal tentara sebagai prajurit yang siap bertempur membela negara. Berpakaian loreng hijau dan selalu membawa senjata. Tapi berbeda dengan 650 prajurit Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) di perbatasan RI-Malaysia. Mereka juga harus mengajar di sekolah yang minim guru. Contohnya Maulana adalah satu di antara puluhan prajurit Satgas Pamtas yang punya pengalaman mengajar di pos perbatasan RI –Malaysia, wilayah Desa Sebuku, Nunukan. Prajurit berpangkat pratu (prajurit satu) asal Bataylon Infanteri 613/Raja Alam, Tarakan ini mengajar selama bertugas di daerah perbatasan sekira setahun lebih. “Ternyata mengajar memang asyik. Kalau disuruh mengajar, insya Allah Sekarang bisa, karena ada pengalaman,”.
nih gan lagi ngajarin baris berbaris
nih gan lagi ngajarin bocah bocah belajar
Selain menyumbangkan tenaga menjadi guru para prajurit TNI juga secara sukarelawan memberikan pengobatan secara cuma cuma. Para masyarakat setempat merasakan manfaat pengobatan ini dan diharapkan masyarakat memberikan dampak positif, terlebih dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia di wilayah perbatasan RI-PNG.
dan biasanya para prajurit secara cuma cuma menyumbangkan tenaganya untuk menjadi komandan upacara atau pin-up yang biasa di laksanakan untuk upacara pengibaran sang bendera merah putih dan upacara penurunan sang bendera merah putih di setiap sekolah sekolah di dekat perbatasan.
jalan jalan sejenak.
.
0 comments:
Posting Komentar