Semua orang Jakarta terutama kalangan menengah, mengenal nama Burger Blenger. Namanya memang unik, blenger berarti edan, sesuatu yang di luar kebiasaan atau mendekati gila. Sesuai namanya, rasa Blenger memang blenger. Ukurannya di luar kebiasaan, jauh lebih besar dibanding burger kebanyakan sehingga bisa bikin konsumen blenger. Setidaknya itulah pengakuan para penggila Blenger Burger, yang rela antri setiap hari untuk mendapatkan beberapa potong burger.
Siapa sebenarnya Burger Blenger ini? Ternyata mereka bukan berasal dari perusahaan besar, melainkan berawal dari usaha mandiri Erik Kadarman Subarna, seorang mantan karyawan Grup Bakrie. Dia seorang ahli IT, tapi hobi kuliner. Kemampuannya membuat burger diperoleh ketika dia kuliah di Amerika Serikat. Dengan coba-coba resep dan berkali-kali trial and error, Erik berhasil membuat burger yang disebutnya blenger.
Tahun 2003 lalu, Erik memberanikan diri membuka usaha burger di kawasan Bintaro Jakarta Selatan, dengan modal Rp 7 juta. Impian Erik dan keluarganya untuk hidup lebih baik, memberikan dorongan kuat kepada mereka untuk membuka usaha ini. Hasilnya di luar dugaan. Dalam tempo singkat, Burger Blenger Bintaro diserbu pembeli, bahkan sampai diantri setiap hari. Padahal harga yang dipatok, lebih mahal dibanding burger jalanan yaitu Rp 9 ribu – 10 ribu.
Keberhasilan di Bintaro membuat Erik lebih serius menggarap bisnisnya, dan membuka cabang baru di Blok M, Jakarta Selatan. Sama seperti di Bintaro, gerai barunya inipun menjadi serbuan konsumen. Banyak konsumen yang harus gigit jari tidak kebagian. Akibatnya, Burger Blenger menjadi buah bibir dan diliput berbagai media massa. Bahkan, harian Kompas beberapa kali menampilkan sosok Burger Blenger yang dianggap fenomenal di kalangan menengah perkotaan.
Burger ini memang fenomenal karena dari satu gerai saja, ribuan burger terjual dengan cara diantri konsumen setiap hari. Konsumen sepertinya tidak bosan-bosan mengkonsumsi burger yang satu ini. Dihitung-hitung, tidak kurang dari 5000 burger terjual setiap hari. Dengan harga per potong Rp 10 ribu, maka omzet Burger Blenger mencapai Rp 50 juta per hari, atau Rp 1,5 miliar per bulan. Belum termasuk penjualan menu lainnya seperti minuman. Dasyat untuk ukuran burger lokal jalanan.
Melihat perkembangan yang pesat itu, Erik menawarkan Burger Blenger kepada investor dengan sistem waralaba. Meski sempat gagal di awal karena beberapa investor ingkar, Burger Blenger tetap ditawarkan secara waralaba sampai sekarang, bahkan lebih serius lagi penggarapannya. Sejauh ini, Burger Blenger baru beredar di Jakarta.
Kini, Erik Kadarman sudah menikmati kemakmuran berkat burger. Dulu hanya menempati rumah sederhana sebagai karyawan, sekarang Erik memiliki 3 rumah sangat memadai plus beberapa mobil. Tahun ini, dia dan keluarganya pun akan menunaikan ibadah haji, sebagai rasa syukur atas keberhasilan Burger Blenger. Makmur dunia dan akhirat!!!
Beberapa faktor sukses Burger Blenger:
- Berhasil menciptakan burger yang berbeda dengan yang lain.
- Rasa sangat menunjang.
- Digarap dengan sangat serius dan fokus.
- Ekspos media yang sangat gencar.
Siapa sebenarnya Burger Blenger ini? Ternyata mereka bukan berasal dari perusahaan besar, melainkan berawal dari usaha mandiri Erik Kadarman Subarna, seorang mantan karyawan Grup Bakrie. Dia seorang ahli IT, tapi hobi kuliner. Kemampuannya membuat burger diperoleh ketika dia kuliah di Amerika Serikat. Dengan coba-coba resep dan berkali-kali trial and error, Erik berhasil membuat burger yang disebutnya blenger.
Tahun 2003 lalu, Erik memberanikan diri membuka usaha burger di kawasan Bintaro Jakarta Selatan, dengan modal Rp 7 juta. Impian Erik dan keluarganya untuk hidup lebih baik, memberikan dorongan kuat kepada mereka untuk membuka usaha ini. Hasilnya di luar dugaan. Dalam tempo singkat, Burger Blenger Bintaro diserbu pembeli, bahkan sampai diantri setiap hari. Padahal harga yang dipatok, lebih mahal dibanding burger jalanan yaitu Rp 9 ribu – 10 ribu.
Keberhasilan di Bintaro membuat Erik lebih serius menggarap bisnisnya, dan membuka cabang baru di Blok M, Jakarta Selatan. Sama seperti di Bintaro, gerai barunya inipun menjadi serbuan konsumen. Banyak konsumen yang harus gigit jari tidak kebagian. Akibatnya, Burger Blenger menjadi buah bibir dan diliput berbagai media massa. Bahkan, harian Kompas beberapa kali menampilkan sosok Burger Blenger yang dianggap fenomenal di kalangan menengah perkotaan.
Burger ini memang fenomenal karena dari satu gerai saja, ribuan burger terjual dengan cara diantri konsumen setiap hari. Konsumen sepertinya tidak bosan-bosan mengkonsumsi burger yang satu ini. Dihitung-hitung, tidak kurang dari 5000 burger terjual setiap hari. Dengan harga per potong Rp 10 ribu, maka omzet Burger Blenger mencapai Rp 50 juta per hari, atau Rp 1,5 miliar per bulan. Belum termasuk penjualan menu lainnya seperti minuman. Dasyat untuk ukuran burger lokal jalanan.
Melihat perkembangan yang pesat itu, Erik menawarkan Burger Blenger kepada investor dengan sistem waralaba. Meski sempat gagal di awal karena beberapa investor ingkar, Burger Blenger tetap ditawarkan secara waralaba sampai sekarang, bahkan lebih serius lagi penggarapannya. Sejauh ini, Burger Blenger baru beredar di Jakarta.
Kini, Erik Kadarman sudah menikmati kemakmuran berkat burger. Dulu hanya menempati rumah sederhana sebagai karyawan, sekarang Erik memiliki 3 rumah sangat memadai plus beberapa mobil. Tahun ini, dia dan keluarganya pun akan menunaikan ibadah haji, sebagai rasa syukur atas keberhasilan Burger Blenger. Makmur dunia dan akhirat!!!
Beberapa faktor sukses Burger Blenger:
- Berhasil menciptakan burger yang berbeda dengan yang lain.
- Rasa sangat menunjang.
- Digarap dengan sangat serius dan fokus.
- Ekspos media yang sangat gencar.
ini cabang yg di BSD gan
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5478250
0 comments:
Posting Komentar