Apa yang ada dalam benak Anda, apabila saat terbangun mendadak telinga tidak bisa mendengar, pusing hebat sampai-sampai untuk mengangkat kepala saja tidak mampu, dan bahkan kesulitan mengingat menu makan malam sebelum terbaring tidur?
Gejala-gejala itu merupakan penampakan dari sindrom Meniere. Masing-masing pengidap, bisa saja memiliki gejala yang berbeda, namun biasanya mencakup vertigo hebat, penurunan pendengaran yang ekstrim, tinitus (dengung pada telinga), dan rasa penuh pada satu atau kedua telinga. Penyebab utamanya sulit diketahui. Bisa sebagai akibat trauma kepala, infeksi telinga, infeksi saluran nafas atas, konsumsi rokok dan alkohol, maupun penggunaan aspirin.
‘’Penyakit itu terjadi ketika ada peningkatan volume cairan pada ruang telinga dalam yang disebut ruang endolimfe,’’ jelas dr Yuslam Samiharja PAK, Spesialis THT-KL yang berpraktek di Jalan Veteran, Semarang. Nama Menier sendiri diambil dari nama penemu sindrom penyebab ketulian ini, yakni Fisikawan Perancis Prosper Meniere.
Sindrom Menier bukanlah penyakit yang populer. Orang yang mengidap juga bisa dihitung dengan jari. Namun, minimnya informasi tentang gejala awal membuat proses antisipasi acap terlewatkan. Apalagi, penyebab utamanya nyaris sulit teridentifikasi, bisa menyerang siapa saja, pasti menyebabkan kepanikan, dan memicu kecacatan, yakni tuna rungu.
Awalnya, penderita mengalami vertigo hebat, disertai mual, muntah, dan perasaan penuh pada satu atau dua telinga. Serangan vertigo terjadi mendadak dan tidak terduga. Daya tahan penderita juga mempengaruhi lamanya serangan. Ada yang hanya mengalami selama beberapa jam, namun ada pula yang terus memburuk selama beberapa hari.
Tinnitus atau rasa berdengung pada telinga semakin memperburuk keadaan, hingga akhirnya berdampak pada penurunan pendengaran dan keseimbangan. Pada sebagian besar kasus, penurunan pendengaran itu berujung pada ketulian pada satu atau kedua telinga. Karena kerusakan terjadi pada telinga bagian dalam, ketulian itu tidak bisa dikoreksi dengan alat bantu dan bersifat permanen.
Gangguan keseimbangan akan mengakibatkan seseorang kesulitan beraktivitas. Misalnya, pada tahap awal pasca serangan Meniere, saya tidak bisa mengangkat kepala, kesulitan melihat karena mata relatif peka dengan cahaya dan gerakan, dan merasa lebih baik dengan berbaring tidur dalam kondisi ruangan yang sepi. Suara, walaupun tidak dapat ditangkap karena telinga hanya terasa berdengung, namun dapat memicu pusing hebat karena getaran suara tetap terasa di telinga.
Akibat gangguan keseimbangan, penderita sindrom Meniere juga acap terjangkit nistagmus atau gerakan mata yang tidak terkontrol. Bola mata cenderung bergerak-gerak horizontal secara reflek dan tidak terduga.
Bahkan, pada beberapa kasus, penderita mengeluhkan gejala brain fog berupa hilangnya ingatan jangka pendek, lupa ingatan, kebingungan, rasa haus yang terus menerus, penurunan kesadaran, sakit kepala, dan depresi.
Pada umumnya, untuk meminimalisasi dampak gangguan pada pendengaran, penderita sindrom Menier dianjurkan untuk diet sodium, menghindari alkohol, kafein, garam, rokok, dan bahan-bahan yang mengandung aspartam. Selain itu, disarankan untuk mengurangi stres, terapi tinnitus, dan obat-obatan penangkal vertigo. Flavanoid dan zat-zat diuretik juga disarankan untuk dikonsumsi sebagai bagian dari terapi. Terapi yang lain, misalnya, dengan mengurangi tekanan pada telinga bagian dalam dengan antihistamin, antikolinergik, steroid, dan diuretik.
Pada kasus yang lebih berat, pembedahan menjadi alternatif terakhir. Namun, metode ini hanya dapat dilakukan bilamana penderita yang mengalami ketulian akibat sindrom ini, terjadi hanya pada satu telinga.
Yang menjadi perhatian para penderita sindrom Menier adalah sikap waspada. Pasalnya, sindrom ini cenderung kambuh pada situasi-situasi tak terduga yang tidak bisa diprediksi. Pada beberapa penderita, terdapat istilah drop attack, yakni jatuh mendadak secara tiba-tiba, vertigo hebat hingga terkadang menjadi tidak sadar, dan kesulitan bangun kembali. Oleh karena itu, penderita disarankan untuk tidak memegang kemudi, apalagi saat kondisi tubuh dalam keadaan tidak fit, karena dikhawatirkan akan terjangkit drop attack.
Masalah gangguan telinga yang berujung ketulian pada satu telinga, juga mengakibatkan keseimbangan berjalan dan berkendara menjadi terganggu. Berdasarkan pengalaman sebagai penderita, pada mulanya saya tidak bisa berjalan, oleng hanya gara-gara hembusan kipas angin, dan untuk bisa memulai berdiri dengan tegak dibutuhkan latihan berkali-kali. Namun berangsur-angsur kaki dapat tegak berdiri, berjalan beberapa langkah walau sering miring dan oleng tanpa sadar, dan berlatih menapak tangga-tangga yang rendah.
Sistem keseimbangan penderita sindrom ini memang dapat dipulihkan dengan latihan dan terapi-terapi rutin. Namun, untuk gangguan pendengaran, memang amat jarang ditemui kasus penderita yang dapat sembuh dari ketuliannya. Apalagi, sindrom ini tercatat dapat memicu penurunan semangat, penurunan aktivitas, dan ketidakmampuan bekerja secara menetap.
Orang yang terjangkit sindrom ini, tidak sekadar mengalami ketulian, tidak bisa menangkap suara. Bahkan, sepanjang hari, jauh setelah serangan pertama terjadi, telinga terus memperdengarkan dengung yang mengakibatkan penurunan konsentrasi dan gangguan sosialisasi. Tidak jarang, penderita rentan mengalami depresi, tertekan pada situasi ramai dan ruangan yang penuh orang, juga lebih suka menyendiri.
Dukungan lingkungan jelas dibutuhkan. Pasalnya, ketulian yang disebabkan oleh sindrom ini terjadi mendadak dengan sebab yang nyaris tidak disadari. Kekagetan seseorang yang disebabkan oleh perubahan fisik, dari normal menjadi abnormal secara tiba-tiba, tentu saja memerlukan proses adaptasi. Masa transisi ini, jika tidak tertangani dengan baik, dikhawatirkan akan merembet pada persoalan-persoalan psikologis yang memicu efek yang lebih parah.
1 comments:
Saya seminggu lalu di diagnosis meniere, sejak itu sudah 2x saya jatuh karna vertigo, beruntung keduanya saat di rumah.
Kuping kiri saya semakin hari semakin terasa tersumbat. Depresi, sedikit, karna saya hidup sendiri di jepang, keluarga di indonesia. Tapi dari banyak artikel yang saya baca, saya semakin paham dengan penyakit yang saya derita. Mau tidak mau, secepat mungkin saya berusaha menerima.
Pola hidup seperti apa yang saya harus lakukan mulai sekarang?dan bisa tolong share pengalaman anda untuk saya?karna saya betul2 bingung bagaimana hidup dengan penyakit ini di indonesia, apakah saya masih bisa mendapatkan pekerjaan layaknya orang normal?saya masih melanjutkan study dan tahun depan rencana lulus, tapi setelah penyakit ini, saya sama sekali tidak punya bayangan,,
Mohon jawabannya
Posting Komentar