Spoiler for buka:
Di sebuah foto berusia 80 tahun itu terlihat keluarga Vrijburg tengah ”Picknick” di kawasan Pemandian Cihampelas atau lebih dikenal sebagai Zwemband Tjihampelas pada masanya. Meisjes Vrijburg yang bersantap ria bersama anak-anaknya, sedangkan di foto yang lain terlihat sang ayah tengah berpose bersama team polo airnya di salah satu sisi pemandian Tjihampelas. Itulah sedikit dokumentasi yang memperlihatkan kejayaan pemandian cihampelas di masa lalu.
Quote:
Sejak sebelum kemerdekaan, di negara kita telah ada beberapa kolom renang yang indah dan baik. Akan tetapi pada waktu itu, kesempatan bagi orang-orang Indonesia untuk belajar berenang tidak mungkin. Hal ini disebabkan setiap kolam renang yang dibangun hanyalah diperuntukkan bagi para bangsawan dan penjajah saja. Memang waktu itu ada juga kolam renang yang dibuka bagi masyarakat banyak, akan tetapi harga tiket masuk sedemikian tingginya, sehinggara para pengunjung tertentu tidak bisa membayar tiket masuk untuk berenang. Salah satu dari sekian banyak kolam renang yang dibangun setelah tahun 1900 adalah kolam renang Cihampelas di Bandung yang didirikan pada tahun 1904. Sesuai dengan tempat kelahiran kolam renang Cihampelas, maka awal dari kegiatan olahraga renang di Indonesia dapat dikatakan mulai dari Bandung. |
Spoiler for bukalagi ::
anak2 msh gembira walau sdh ada reruntuhan
tapi kini mereka hanya bisa melihat:
Quote:
Kolam Renang Pertama di Indonesia Kini Tinggal Puing Pemandian Tjihampelas kini benar-benar tinggal kenangan. Kolam renang pertama di Indonesia itu kini sudah luluh lantak. Rencananya di bekas kolam renang yang berada di belakang Ciwalk itu, akan dibangun sebuah hotel. Kolam yang dibangun sejak 1902 itu, kini hanya menyisakan puing-puing yang menjadi incaran para pemulung. Pantauan detikbandung, Senin (3/8/2009), terlihat puluhan pemulung yang mencabuti besi atau bata-bata yang tersisa. "Kita cuma ambil besi-besinya saja buat dijual, lumayan," kata Rahmat Gunawan (53), salah seorang pemulung. Pembongkaran kolam itu sudah berlangsung lama, sejak tahun lalu. Namun beberapa bulan lalu kondisinya tak separah ini. Kini bangunan utama sudah rata dengan tanah, hanya lekukan kolam saja yang masih terlihat. Nana (54), warga RT 8 RW 5 Cihampelas, mengatakan warga sekitar pemandian tak setuju dengan adanya rencana pembangunan di bekas lokasi pemandian. "Warga tidak setuju akan dibangun, kalau tetap akan dibangun akses jalan akan ditutup," katanya. Menurut Nana, sepengetahuan warga lokasi bekas pemandian itu rencananya akan dibangun sebuah hotel. "Tapi kita juga akhir-akhir ini dengar, katanya bukan hotel tapi apartemen," katanya. Sementara itu warga lainnya, Ade Agus (50), menyatakan kalau pun di bekas kolam renang itu akan dibangun, akses jalan warga jangan ditutup LIHAT VIDEO KE TKP AJA : TKP.. |
Quote:
kolam Pemandian Cihampelas ternyata telah memenuhi aspek-aspek bangunan bersejarah menurut Snyder dan Catanes (1979), yaitu : Kelangkaan (tidak dimiliki daerah lain), Kesejarahan (lokasi peristiwa bersejarah), Estetika, Superlativas (keunikan), Kejamakan(mewakili ragam arsitektur tertentu) hingga pengaruh terhadap social (meningkatkan citra lingkungan sekitar). Jadi tidak ada lagi alasan bahwa bangunan ini tidak bernilai sejarah.(translate : Buat Pak Dada (Walikota) Tolong Jangan Duduk/Diem Saja atas Pembangunan Apartemen di Wilayah Padat Penduduk)
Dari sebuah spanduk yang ditemukan di area Pemandian ini, terlihat bahwa warga menentang pembongkaran pemandian serta pembangunan Rusunami ini atasnya. Pertanyaanya, ide siapakah yang membangun suatu rusunami di tengah kawasan padat tengah kota, yang hanya bisa dilalui jalan kecil padahal secara konsep bangunan2 ini seharusnya dibangun di pinggir kota ? Serta sejak kapan pengembang Ciwalk melirik pembangunan Rusunami ? Dilihat dari namanya saja, rusunami (rumah susun sederhana milik) jelas-jelas ditujukan bagi warga mampu, bukan warga miskin yang hanya kuat untuk menyewa. Terakhir, Apa yang ada di benak penata kota ini untuk menambah keramaian pada Jalanan Cihampelas yang setiap hari dilalui kendaraan secara padat merayap?
Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang sangat logis ditanyakan kepada pemerintah kota sehingga begitu arogannya melepas bangunan cagar hanya untuk kepentingan pemodal yang hanya peduli pada profit semata sedangkan warga “pribumi” hanya bisa menonton, lalu apa bedanya mereka dengan penjajah?
0 comments:
Posting Komentar