selamat datang di www.unikindo.blogspot.com temukan lebih dari 10.000 artikel unik dan selalu terupdate setiap harinya!

Tradisi unik di indonesia

Written By unik on Minggu, 28 Maret 2010 | Minggu, Maret 28, 2010

1.Perang Meriam

Lebaran sebentar lagi. Simak Hasil Keputusan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1430 H. Nah, di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat setiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran ada kegiatan khas yang pantang dilewatkan penduduk setempat, yaitu menyalakan Meriam Karbit. Tidak tanggung-tanggung, ratusan batang meriam yang berjejer di kedua belah tepian sungai Kapuas akan ditembakkan secara bergantian, layaknya sedang melakukan perang-perangan diantara dua kubu.

Mau tahu ukuran meriam yang pakai, diameter paling kecil 50 cm hingga 100 cm dengan panjang 4 hingga 7 meter. Tentu saja, karena meriam ini terbuat dari kayu gelondongan yang dilubangi ditengahnya. Namun meriam ini tidak menggunakan mesiu melainkan bahan peledaknya adalah senyawa kimia ‘karbit’ atau CaC2, sehingga lebih populer disebut sebagai Meriam Karbit.

Tentu saja suara dentuman yang dikeluarkan sedemikian memekakkan dan terdengar hingga ke seantero kota, bahkan penduduk yang rumahnya disekitar lokasi sudah mengantisipasi dengan menurunkan semua hiasan yang menempel di dinding rumah seperti pigura foto jika tidak mau jatuh sendiri karena kerasnya getaran yang ditimbulkan!

Sejarah mencatat permainan meriam karbit erat kaitannya dengan berdirinya Kota Pontianak. Sultan Syarif Abdurahman Alkadri, pendiri Pontianak menembakkan meriam ke arah daratan. Ia ingin mengusir kuntilanak yang bergentayangan. Untuk mengenang hal itu, warga di tepian Sungai Kapuas membuat replika meriam dari batang kayu besar. Meriam itu diledakan dengan karbit dan disulutkan dengan nyala api. Tradisi ini bisa dijumpai mulai pekan kedua ramadan.


Spoiler for meriam:



2.Turunkan Hujan

Musim kemarau kala itu, di Desa Seraya Karangasem belum berakhir. Hujan yang dinanti-nanti belum juga menunjukkan tanda akan turun. Bagi masyarakat Desa Seraya, Karangsem kondisi ini sangat tidak menguntungkan.Mereka juga ingin merasakan tanah mereka diguyur hujan meski berada pada daerah kering. Terutama bagi mereka yang berprofesi sebagai petani.
Dari hasil paruman desa, tercetuslah untuk kembali melaksanakan ritual memohon turun hujan di desa mereka yakni Gebug Ende.Istilah Gebug Ende dikenal juga dengan nama Gebus Seraya. Kemungkinan,untuk mengingat desa unik yakni seraya ini.Gebud Ende hanya dimainkan kaum pria baik dewasa maupun anak-anak. Gebug Ende berasal dari kata gebug dan ende.

Gebug artinya adalah memukul dan alat yang digunakan adalah rotan dengan panjang sekitar 1,5 hingga 2 meter. Sedangkan alat untuk menangkisnya disebut denga Ende. Ende dibuat dari kulit sapi yang dikeringkan selanjutnya dianyam berbentuk lingkaran.
Diceritakan Jaman dahulu krama desa seraya adalah prajurit perang Raja Karangasem yang ditugaskan untuk “menggebug” atau menyerang Lombok. Setelah jaman kerajaan jiwa dan semangat kesatria seraya masih tetap menyala hingga kini. Disesuaikan perkembangan jaman maka terciptalah sebuah tarian Gebug Ende yang secara turun temurun dapat kita saksikan hingga kini. Tombak Pedang dan Tameng yang digunakan jaman dahulu diganti dengan peralatan rotan dan Ende. Seperti terlihat sore itu sejak pukul 15.00 di lapangan Merajan, Seraya Barat telah memadati areal lapangan desa tersebut untuk menyaksikan dari dekat permainan yang menguji nyali ini. Anak-anak hingga dewasa tampak bersuka ria menanti permaianan ini. Menariknya atraksi ini memberikan membuat penonton pun dari luar desa datang meramaikannya.

Areal Gebug Ende dapat ditentukan dimana saja asalkan medannya datar. Tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan areal ini disesuaikan degan kondisi areal saja.Sementara Untuk menjaga keamanan pemain dari desakan penonton lapangan pun dibatasi dengan pembatasa yakni tali.Para juru banten pun melakukan ritual permohonan berkat agar permaianan gebug ende ini dapat memberikan keberhasilan dan kemakmuran bagi krama seraya.

Setelah persiapan rampung akhirnya permainan pun segera dilangsungkan. pembukaan diawali dengan ucapan selamat datang bagi para pemain dan penonton. Selain ituterselip juga pembekalan bagi pemain utnuk selalu mengedepankan kejujuran dan sportivitas. Suara tetabuhan menyemarakkan permainan. Seorang wasit yang disebut Saya (baca: saye) Memimpin pertandingan. Mereka inilah yang mempunyai tugas untuk mengawasi permainan tersebut.
Sebelum pertandingan mulai saye (wasit) terlebih dahulu pun memperagakan tarian gebug ende dan bagian bagian yang tidak dapat dikenai pukulan.

Di tengah lapangan terdapat sebuah rotan digunakan sebagai garis batas yang membagi lapangan menjadi dua bagian. Kali pertama diawali dengan kelompok anak anak. Tidak tampak rasa ketakutan pada tubuh kecil itu. Ende dan Rotan pun ditarikan.
Bisa dibayangkan betapa sakitnya bekas cambukan rotan apabila tergores di badan. Usai kelompok anak anak, tibalah giliran pria dewasa. Tidak ada perbedaan tentang tata cara permainan gebug ende ini. Yang ada hanya kerasnya pukulan dan tangkisan.

Dipercaya hujan akan turun apabila pertandingan mampu memercikan darah. Tidak ada waktu khusus untuk menentukan selesainya pertandingan ini. Namun permainan dapat usai bilamana satu pemain terdesak .

Spoiler for gebug ende:



3. Penghijauan Pernikahan

Di dasari oleh surat edaran Bupati Garut Aceng HM Fikri bernomor 522.4/205/Dishut tertanggal 13 Februari 2009, menyampaikan anjuran penanaman pohon penghijauan kepada seluruh warga masyarakat terutama pasangan calon pengantin dan suami istri yang akan bercerai. Untuk berpartisipasi menanam bibit pohon produktif dengan ketentuan, setiap pasangan calon pengantin menyediakan bibit pohon produktif minimal sebanyak 10 batang, sedangkan pasangan suami istri yang akan bercerai menyediakan bibit pohon produktif minimal sebanyak 50 batang. Bupati Garut Aceng HM Fikri, menghadiri acara pernikahan dengan aturan penanaman pohon di Cikajang. Garut, Jawa Barat, Indonesia

Spoiler for penghijauan:


4. Upacara Tabuik

Berasal dari kata ‘tabut’, dari bahasa Arab yang berarti mengarak, upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender Islam.
Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman, sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan dalam setiap pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara Tabuik dalam agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.

Dua minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah sibuk melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta aneka penganan, kue-kue khas dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang menjalankan ritual khusus, yakni puasa.

Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang tegap dan bersayap. Oleh umatIslam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya dan akan di arak nantinya.

Spoiler for tabuik:



5. Makepung, Balap Kerbau

Kalau Madura punya Kerapan Sapi, maka Bali memiliki Makepung. Dua tradisi yang serupa tapi tak sama, namun menjadi tontonan unik yang segar sekaligus menghibur. yang dalam bahasa Indonesia berarti berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana.
Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.

Makin lama, kegiatan yang semula iseng itu pun berkembang dan makin diminati banyak kalangan. Kini, Makepung telah menjadi salah satu atraksi budaya yang paling menarik dan banyak ditonton oleh wisatawan termasuk para turis asing. Tak hanya itu, lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan dikelola secara profesionalSekarang ini, Makepung tidak hanya diikuti oleh kalangan petani saja.

Para pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak yang menjadi peserta maupun supporter. Apalagi, dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau bahkan lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik jegog(gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana lomba.

Spoiler for balap kebo:



sumber


0 comments:

laporkan jika ada comment SPAM atau SARA di: MACHINE.MW[at]GMAIL.COM atau harsajet[at]yahoo.com

Posting Komentar

disclaimer

semua artikel yang berada di www.unikindo.com berasalkan dari sumber yang berbeda- beda, dan admin www.unikindo.com tidak mengklaim artikel tersebut. jika anda tidak setuju dengan penayangan artikel- artikel ini silahkan hubungi admin di: harsajet[at]yahoo.com